1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Salah satu kebiasaan dari bangsa Arab di kota Mekkah terutama dari golongan bangsawan ialah menitipkan dan menyusukan bayi-bayi mereka kepada wanita Badiyah (Desa di padang pasir) dengan maksud agar bayi-bayi tersebut berada pada lingkungan alam yang bersih sehingga terhindar dari penyakit-penyakit kota. Dengan hidup di luar kota berarti bahwa bayi-bayi tersebut dapat menghirup udara yang lebih bersih disamping dapat diajarkan bicara dengan bahasa yang murni dan jelas. Demikian pula halnya dengan Nabi Muhammad SAW, beliau dititipkan oleh ibunya kepada seorang wanita yang baik budi pekertinya yang bernama Halimah Sa'diyah dari Bani Sa'ad, Kabilah Hawazin yang bertempat tinggal tidak jauh dari Mekkah. Halimah Sa'diyah mengasuh dan membesarkan Nabi Muhammad SAW, sampal beliau berumur lima tahun, kemudian diserahkan kembali kepada ibunya di kota Mekkah.

2.NABI MUHAMMAD SAW DITINGGALKAN
IBUNYA DAN KAKEKNYA.

Setelah Nabi Muhammad SAW berada di tangan ibunya, maka ibunya mulai mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Setahun kemudian setelah beliau berumur enam tahun, maka ibunya bersama-sama seorang hamba sahaya peninggalan ayahnya yang bernama Umma Aiman membawa beliau ke Madinah dengan maksud memperkenalkannya kepada keluarga-keluarga neneknya Bani Najjar dan untuk melakukan ziarah ke makam ayahnya. Ibunya juga memperlihatkan kepada beliau bekas rumah di mana ayahnya dirawat pada waktu sakit sampai meninggalnya. Setelah tinggal di Madinah kira-kira satu bulan maka mereka kembali ke Mekkah.

Dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Mekkah mereka singgah di Abwa sebuah desa yang terletak kira-kira 23 mil jauhnya dari Madinah, karena ibu beliau yaitu Aminah tiba-tiba jatuh sakit, kemudian meninggal, kemudian dimakamkan di tempat itu juga. Peristiwa ini sangat memukul Nabi Muhammad SAW dan beliau menjadi begitu sedih dan bingung menghadapi bencana kemalangan atas kematian ibunya. Setelah selesai pemakaman ibunya di desa Abwa, maka Nabi

Muhammad melanjutkan perjalanannya pulang ke Mekkah ke rumah kakeknya Abdul Muthalib. Pada waktu itu kakeknya sudah berusia 78 tahun dan mengasuh Nabi Muhammad SAW, dengan penuh kasih sayang sehingga NabiMuhammad SAW merasa terhibur dari kesedihan karena kehilangan ibunya.

Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena setelah itu kakeknya pun menyusul ibunya, wafat pada usia 80 tahun, sedang NabiMuhammad SAW masih berumur delapan tahun. Kembali NabiMuhammad SAW berada di dalam kesedihan karena beliau kehilangan kakeknya yang begitu besar perhatiannya dan kasihnya kepada beliau sebagai pengganti orang tuanya. Sesuai dengan wasiat peninggalan kakeknya Abdul Muthalib, maka Nabi Muhammad SAW diasuh dan dibesarkan oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Pamannya pun mengasuh Nabi Muhammad SAW, dengan penuh kasih sayang dan menganggap keponakannya tersebut seperti anaknya sendiri.

3. NABIMUHAMMAD SAW MENGINJAK
DEWASA.

Selama dalam asuhan kakek dan pamannya, Nabi Muhammad SAW selalu menunjukan sikap yang terpuji dan beliau selalu membantu meringankan kehidupan mereka. Pada masa kanak-kanaknya Nabi Muhammad SAW melakukan pekerjaan menggembala kambing. Yang digembalakannya bukan saja kambingnya sendiri tetapi juga kambing keluarga dan kambing-kambing penduduk Mekkah yang dipercayakan pengembalaannya kepada beliau. Pekerjaan mengembala kambing ini membuahkan didikan yang amat baik pada diri Nabi Muhwnmad SAW, karena pekerjaan ini memerlukan keuletan, kesabaran dan ketenangan serta keterampilan dalam tindakan.

Ketika berumur dua belas tahun, NabiMuhammad SAW mengikuti pamannya Abu Thalib membawa barang dagangan ke Syam. Dalam perjalanan ke kota Syam singgah di Bushra dan bertemu dengan seorang Pendeta Nasrani yang bernama Buhaira. Pendeta Nasrani tersebut memberitahukan Abu