|
|
Salah satu kebiasaan dari bangsa Arab di kota Mekkah
terutama dari golongan bangsawan ialah menitipkan dan
menyusukan bayi-bayi mereka kepada wanita Badiyah (Desa di
padang pasir) dengan maksud agar bayi-bayi tersebut berada
pada lingkungan alam yang bersih sehingga terhindar dari
penyakit-penyakit kota. Dengan hidup di luar kota berarti
bahwa bayi-bayi tersebut dapat menghirup udara yang lebih
bersih disamping dapat diajarkan bicara dengan bahasa yang
murni dan jelas. Demikian pula halnya dengan Nabi
Muhammad SAW, beliau dititipkan oleh ibunya kepada seorang
wanita yang baik budi pekertinya yang bernama Halimah
Sa'diyah dari Bani Sa'ad, Kabilah Hawazin yang bertempat
tinggal tidak jauh dari Mekkah. Halimah Sa'diyah mengasuh
dan membesarkan Nabi Muhammad SAW, sampal beliau
berumur lima tahun, kemudian diserahkan kembali kepada
ibunya di kota Mekkah.
2.NABI MUHAMMAD SAW DITINGGALKAN
IBUNYA DAN KAKEKNYA.
Setelah Nabi Muhammad SAW berada di tangan ibunya, maka
ibunya mulai mengasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Setahun kemudian setelah beliau berumur enam tahun, maka
ibunya bersama-sama seorang hamba sahaya peninggalan
ayahnya yang bernama Umma Aiman membawa beliau ke
Madinah dengan maksud memperkenalkannya kepada
keluarga-keluarga neneknya Bani Najjar dan untuk melakukan
ziarah ke makam ayahnya. Ibunya juga memperlihatkan
kepada beliau bekas rumah di mana ayahnya dirawat pada
waktu sakit sampai meninggalnya. Setelah tinggal di Madinah
kira-kira satu bulan maka mereka kembali ke Mekkah.
Dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Mekkah mereka
singgah di Abwa sebuah desa yang terletak kira-kira 23 mil
jauhnya dari Madinah, karena ibu beliau yaitu Aminah tiba-tiba
jatuh sakit, kemudian meninggal, kemudian dimakamkan di
tempat itu juga. Peristiwa ini sangat memukul Nabi
Muhammad SAW dan beliau menjadi begitu sedih dan bingung
menghadapi bencana kemalangan atas kematian ibunya.
Setelah selesai pemakaman ibunya di desa Abwa, maka Nabi
|
|
Muhammad melanjutkan perjalanannya pulang ke Mekkah ke
rumah kakeknya Abdul Muthalib. Pada waktu itu kakeknya
sudah berusia 78 tahun dan mengasuh Nabi Muhammad SAW,
dengan penuh kasih sayang sehingga NabiMuhammad SAW
merasa terhibur dari kesedihan karena kehilangan ibunya.
Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena setelah itu
kakeknya pun menyusul ibunya, wafat pada usia 80 tahun,
sedang NabiMuhammad SAW masih berumur delapan tahun.
Kembali NabiMuhammad SAW berada di dalam kesedihan
karena beliau kehilangan kakeknya yang begitu besar
perhatiannya dan kasihnya kepada beliau sebagai pengganti
orang tuanya. Sesuai dengan wasiat peninggalan kakeknya
Abdul Muthalib, maka Nabi Muhammad SAW diasuh dan
dibesarkan oleh pamannya yang bernama Abu Thalib.
Pamannya pun mengasuh Nabi Muhammad SAW, dengan
penuh kasih sayang dan menganggap keponakannya tersebut
seperti anaknya sendiri.
3. NABIMUHAMMAD SAW MENGINJAK
DEWASA.
Selama dalam asuhan kakek dan pamannya, Nabi
Muhammad SAW selalu menunjukan sikap yang terpuji dan
beliau selalu membantu meringankan kehidupan mereka. Pada
masa kanak-kanaknya Nabi Muhammad SAW melakukan
pekerjaan menggembala kambing. Yang digembalakannya
bukan saja kambingnya sendiri tetapi juga kambing keluarga
dan kambing-kambing penduduk Mekkah yang dipercayakan
pengembalaannya kepada beliau. Pekerjaan mengembala
kambing ini membuahkan didikan yang amat baik pada diri
Nabi Muhwnmad SAW, karena pekerjaan ini memerlukan
keuletan, kesabaran dan ketenangan serta keterampilan dalam
tindakan.
Ketika berumur dua belas tahun, NabiMuhammad SAW
mengikuti pamannya Abu Thalib membawa barang dagangan ke
Syam. Dalam perjalanan ke kota Syam singgah di Bushra dan
bertemu dengan seorang Pendeta Nasrani yang bernama
Buhaira. Pendeta Nasrani tersebut memberitahukan Abu
|
|